BAB I
DASAR-DASAR UMUM FARMAKOLOGI
A. Definisi dan
Pengertian :
Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang
mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun
fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi, dan nasibnya dalam organisme hidup.
Dan untuk menyelidiki semua interaksi antara obat dan tubuh manusia khususnya,
serta penggunaannya pada pengobatan penyakit disebut farmakologi klinis. Ilmu khasiat obat ini mencakup beberapa
bagian yaitu :
1.
Farmakognosi, mempelajari pengetahuan
dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman dan zat – zat aktifmya, begitu
pula yang berasal dari mineral dan hewan.
Pada zaman obat sintetis seperti sekarang ini, peranan
ilmu farmakognosi sudah sangat berkurang. Namun pada dasawarsa terakhir
peranannya sebagai sumber untuk obat – obat baru berdasarkan penggunaannya secara empiris
telah menjadi semakin penting. Banyak
phytoterapeutika baru telah mulai digunakan lagi (Yunani ; phyto = tanaman), misalnya tingtura echinaceae
(penguat daya tangkis), ekstrak Ginkoa biloba (penguat memori), bawang
putih (antikolesterol), tingtur hyperici (antidepresi) dan ekstrak feverfew (Chrysantemum
parthenium) sebagai obat pencegah migrain.
2. Biofarmasi, meneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek
terapeutiknya. Dengan kata lain dalam bentuk sediaan apa obat harus dibuat agar
menghasilkan efek yang optimal. Ketersediaan hayati obat dalam tubuh untuk
diresorpsi dan untuk melakukan efeknya juga dipelajari (farmaceutical dan
biological availability). Begitu pula kesetaraan terapeutis dari
sediaan yang mengandung zat aktif sama (therapeutic equivalance).
Ilmu bagian ini mulai berkembang pada akhir tahun 1950an dan erat hubungannya
dengan farmakokinetika.
3. Farmakodinamika, mempelajari kegiatan
obat terhadap organisme hidup terutama cara dan mekanisme kerjanya, reaksi
fisiologi, serta efek terapi yang ditimbulkannya. Singkatnya farmakodinamika
mencakup semua efek yang dilakukan oleh obat terhadap tubuh.
4. Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan
sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek
terapi obat barhubungan erat dengan efek
toksisnya.
Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi
dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme. ( “Sola dosis facit venenum”
: hanya dosis membuat racun racun, Paracelsus).
5.
Farmakoterapi mempelajari penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau gejalanya.
Penggunaan ini berdasarkan atas pengetahuan tentang hubungan antara khasiat
obat dan sifat fisiologi atau mikrobiologinya di satu pihak dan penyakit di
pihak lain. Adakalanya berdasarkan pula atas pengalaman yang lama (dasar
empiris). Phytoterapi menggunakan zat – zat dari tanaman untuk mengobati
penyakit.
Obat – obat
yang digunakan pada terapi dapat dibagi dalam tiga golongan besar sebagai berikut :
1. Obat farmakodinamis, yang bekerja terhadap tuan rumah dengan jalan mempercepat
atau memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokimia dalam tubuh, misalnya
hormon, diuretika, hipnotika, dan obat otonom.
2. Obat
kemoterapeutis, dapat membunuh parasit dan kuman di
dalam tubuh tuan rumah. Hendaknya obat ini memiliki kegiatan farmakodinamika
yang sekecil – kecilnya terhadap organisme tuan rumah berkhasiat membunuh
sebesar – besarnya terhadap sebanyak mungkin parasit (cacing, protozoa) dan
mikroorganisme (bakteri dan virus). Obat – obat neoplasma
(onkolitika, sitostatika, obat – obat kanker) juga dianggap termasuk golongan
ini.
3. Obat
diagnostik merupakan obat pembantu untuk melakukan
diagnosis (pengenalan penyakit), misalnya untuk mengenal penyakit pada saluran
lambung-usus digunakan barium sulfat dan untuk saluran empedu digunakan natrium
propanoat dan asam iod organik lainnya.
B. Cara – Cara Pemberian Obat
Di
samping faktor formulasi, cara pemberian obat turut menentukan cepat lambatnya
dan lengkap tidaknya resorpsi obat oleh tubuh. Tergantung dari efek yang
diinginkan, yaitu efek sistemis (di seluruh tubuh) atau efek lokal (setempat),
keadaan pasien dan sifat – sifat fisika-kimia obat.
1. Efek Sistemis
a. Oral,
a. Oral,
b. Oromukosal,
c. Injeksi,
c. Injeksi,
d. Implantasi,
e. Rektal,
e. Rektal,
f. Transdermal
2. Efek Lokal
( pemakaian setempat )
(a) Kulit (percutan),
(b) Inhalasi,
(c) Mukosa Mata dan telinga,
(d) Intra vaginal,
(e) Intra nasal,
0 comments:
Post a Comment